Back in Time; Bagian 7.1 – Kembali
“Gimana kabarnya, Jaemin?”
Kala itu mata Jaemin bergetar, ditatapnya wanita paruh baya yang telah duduk di hadapannya entah sejak kapan. Ditanya demikian, hati Jaemin lantas kacau dibuatnya.
Ah, kapan ya, terakhir kali Jaemin menatap wanita itu tepat di mata? Rasanya sudah lama sekali tidak melihat wajah teduh itu memandang ke arahnya. Seingat Jaemin, terakhir kali mereka bersua—tentu tanpa perasaan duka—mungkin saat perayaan tahun baru kala Renjun mengundangnya ke rumah. Entah lah, Jaemin juga tidak terlalu mengingatnya
Kedua sudut bibir wanita itu terangkat membentuk senyuman tulus yang selama ini selalu Jaemin lihat. Tangannya kemudian terangkat. “Semoga Jaemin baik-baik aja ya, nak,” katanya seraya mengelus puncak kepala Jaemin seolah ingin menyalurkan sisa-sisa kekuatan yang ia miliki saat ini.
Dan lagi. Hati Jaemin terasa nyeri.
Harusnya ia yang memberikan kekuatan pada wanita itu.
Harusnya ia menguatkan wanita itu.
Jaemin mengutuk dirinya lagi. Keputusannya menemui Nyonya Huang tadi benar-benar membuatnya merasa begitu bersalah atas apa yang telah terjadi. Jaemin yakin ia hanya meninggalkan luka mendalam pada wanita itu dan seandainya ia bisa, Jaemin ingin lebih kuat lagi setidaknya untuk wanita itu. Tapi, bagaimana?
Arggh
Jaemin mengusap wajahnya dengan kasar.
Sekali, ia hembuskan segala sesak yang tertahan di tenggorokannya. Sekuat mungkin mencengkram pusara Renjun yang ada di hadapannya. “Maaf,” katanya parau.
“Aku kangen kamu.” Jaemin menunduk dalam, air matanya yang sejak tadi membendung di matanya kini tak mampu lagi ia tahan. “Tuhan kayaknya masih belum puas buat hukum aku atas kesalahan yang aku buat, makanya setiap hari aku dibuat kangen sama kamu, dibuat pengen ketemu kamu terus.”
“Renjun…,” Jaemin mengelus nama Renjun pada pusaranya dengan lembut. “Sekarang, apa yang bisa aku lakuin buat lanjutin hidup aku tanpa kamu?”
Rasanya Jaemin tidak sanggup.
Baru seminggu tanpa kehadiran Renjun saja sudah membuat Jaemin hampir gila.
Tuhan. Kalau saja, ia diberi kesempatan sekali lagi. Jaemin ingin memperbaikinya semuanya.
Sungguh. Jaemin merasa dirinya tidak berguna.
Dengan air mata yang masih saja deras mengalir dan sesak yang masih saja menghimpit rongga dadanya, Jaemin terkekeh, mencemooh dirinya.
Apanya yang memperbaiki?
Renjun sudah pergi.
Apa dengan memperbaiki semuanya Renjun bisa kembali?
Apa yang harus diperbaiki?
Jaemin hanya ingin Renjun kembali.
Tidak.
Jaemin ingin kembali.
Kembali ke masa dimana ia masih bisa memeluk Renjun dengan begitu eratnya, kembali ke masa dimana ia masih bisa mendengar suara Renjun, kembali ke masa dimana ia masih bisa menatap Renjun dengan lama, kembali ke masa dimana Renjun masih ada.
Tuhan.
Jaemin ingin menebus semua kesalahannya dan membuat Renjun bahagia.
Tidak bisakah ia kembali saja?
Jika bisa, tolong beritahu caranya.
**
©beyellowed