teman tapi menikah; kegundahan pria dewasa yang sudah menikah
tw // cw harsh words, explicit words
“kamu itu mau sampai kapan jadi perjaka tua? sayang lho itu-mu dibiarin lemes terus sampe keriput.”
ingat pertanyaan yang satu ini?
kalau ingat, berarti bukan cuma Renjun saja yang sekarang jadi kepikiran.
entah angin dari mana, pertanyaan kurang ajar dari tantenya itu tiba-tiba terlintas di pikiran Renjun membawanya pada sebuah kesadaran; nikah atau nggak kayaknya itu gue bakalan tetap lemes sampe keriput, deh.
soalnya nih, ya, soalnya ... setelah nikah sama Jaemin, Renjun sama sekali belum pernah...
aduh, gimana ya jelasinnya?
jadi gini...
ingat satu hal yang pernah Renjun tanyakan ke Jaemin di awal bulan mereka menikah?
yup, betul.
Renjun sempat bertanya, “orang yang udah nikah biasanya ngapain?”
lalu secara gamblang dijawab, “ngewe.” sama Jaemin.
meski laki-laki itu dengan songongnya ngomong begitu. nyatanya selama ini, hal itu nggak pernah sekali pun kejadian.
gimana bisa kejadian kalau keduanya sama sekali belum pernah tidur bareng?
nggak, bukannya selama ini mereka nggak tidur sekamar berdua. selalu kok. tapi, ya... hanya tidur. nggak terjadi apa-apa.
beneran asli, nggak pake bohong.
bahkan di usia pernikahan mereka yang kini sudah menginjak bulan ke-enam, Renjun sama sekali belum pernah disentuh.
setengah tahun, cuy, gue nggak ngewski. kurang kuat apa lagi gue? rutuk Renjun dalam hati akibat sebuah batu besar bernama fakta tiba-tiba menimpa kepalanya malam itu.
setelah Renjun pikir-pikir lagi, ini semua mungkin bukan karena mereka sama sekali nggak ada hasrat. bukan juga karena nggak merasa ingin.
hanya saja, Jaemin yang Renjun sendiri nggak tau apa alasannya, emang nggak pernah nyentuh Renjun lebih dari sekadar pegangan tangan, pelukan atau paling jauh ya... ciuman.
nggak mungkin 'kan semua yang mereka lakukan itu bukan tanpa hasrat? siapa sih, pria dewasa yang nggak ada hasrat menyentuh dan disentuh? atau hanya Renjun saja yang merasa demikian?
soalnya berbeda dengan Renjun—yang bisa dibilang nafsu dan pengennya sih harus lebih dari ciuman—biasanya setelah mereka selesai dengan sesi make-out tipis-tipisnya, Jaemin bakal langsung melipir ninggalin Renjun dengan berbagai alasan yang harus dia tuntasin dulu. entah urusan kantor lah, ada proyek lah, belum matiin kompor lah, ngambil paket lah, harus nyelamatin dunia, harus cari 7 bola naga. halaaaah, untung laki-laki itu nggak bilang mau bantuin kera sakti nyari kitab suci.
bisa apa?
bisa gila Renjun.
alhasil kalau udah ditinggal pergi, Renjun—yang sejatinya sangat frustasi—harus beresin sisanya sendiri. yup, nyolo.
sialan
setiap melakukan itu sendiri, sebisa mungkin Renjun berusaha agar Jaemin nggak tau. alias nih, ya, Renjun nggak mau lah dikira terlalu pengen disentuh sama laki-laki bulan agustus itu.
Renjun nggak mau dikira gampang sange hanya karena sebuah ciuman biasa dari Jaemin. bisa besar kepala dia.
no way. gila kali
padahal mah... pengen banget.
pada akhirnya semua balik ke pertanyaan awal.
kalau situasinya kayak gini terus. gimana nasib itu-nya, dong?
Renjun usap wajahnya frustasi.
“nggak. nggak bisa gini. gue harus cari cara.”
malam itu, Renjun bawa jari-jarinya bergerak di atas keyboard laptopnya yang tadi dipakai untuk bekerja.
cara agar suami mau...
“diajak berhubungan?” gumam Renjun membaca kalimat yang muncul paling atas pada sebuah sugesti dari mesin pencari.
Renjun termenung cukup lama, menimbang-nimbang apakah dia harus mencari tau lebih dalam atau dibiarkan saja?
tapi, nggak lama dari itu, sepersekian detik kemudian tombol enter ditekan oleh Renjun.
anjiiiing.
**
© beyellowed